HerE yOU Not OnLY gET hAVinG fuN BuT aLSo GEt KnoWLedGE
PERHATIAN
SELURUH CONTENT DI BLOG INI DAPAT MENYEBABKAN KETAGIHAN, SERANGAN KEBAHAGIAN, BERSENANG-SENANG DAN GANGGUAN TANGAN UNTUK MENG-KLIK DAN MENG-KLIK

Sabtu, 20 November 2010

KONFLIK DAN PRASANGKA

Assalamualaikum Wr.Wb.

Pada pembahasan kali ini saya akan membahas tentang konflik dan prasangka. Mengapa saya membahas keduanya sekaligus... karena keduanya saling berkesinambungan satu sama lain. Sebagai contoh, jika ada prasangka terhadap individu atau suatu kelompok maka berujung pada konflik atau sebaliknya, jika ada konflik terhadap individu atau suatu kelompok selesai belum tentu hal itu selesai 100% tetapi justru menyisakan prasangka yang memungkinkan kembali timbul kembali konflik bahkan jauh lebih besar dari konflik yang terjadi pada sebelumnya.




Hal ini justru sangatlah merugikan bagi pihak yang terlibat konflik, bahkan tidak lepas kemungkinan kalau individu atau kelompok lain yang tidak terlibat dari konflik akan terkena juga dampak dari konflik tersebut. Dengan kata lain justru merugikan bagi semuanya, tidak hanya kerugian yang berifat materiil tapi juga kerugian yang bersifat non materiil seperti ada yang tewas dan luka-luka.

Sebenarnya prasangka merupakan sesuatu yang kodrati sejak manusia itu terlahir ke dunia ini. Hanya saja dalam meyingkapi prasangka tersebut bermacam-macam hal ini terjadi karena pengalaman hidup, lingkungan tempat dia tumbuh serta adat istiadat setempat.

Jika prasangka ini menjalar ke arah negatif maka seperti penjelasan sebelumnya adalah konflik, salah satu konflik yang sering terjadi di masyarakat adalah diskriminasi. Biasanya diskriminasi antar ras ini berlangsung selama beberapa generasi, hal ini justru membawa ke arah konflik. Dalam kasus ini, penyebab selain dari prasangka adalah penanaman pemahaman yang salah kepada generasi penerus dari generasi sebelumnya. Pemahaman ini biasa di sebut dengan  ethnosentrisme. Paham ini menyatakan kalau bangsa itu merupak segala-galanya dan menganggap bangsa lain sebagai sesuatu yang tidak baik. Paham ini dianggap sebagai sikap dasar dari ideologi chauvinis, paham yang telah dianut oleh Hitler.

Bagaimana suatu konflik yang pada awalnya hanya konflik antar individu bisa berubah menjadi konflik yang bersifat kelompok. Dalam hal ini saya akan menggunkan suatu contoh terlebih dahulu, agar anda mempunyai gambaran mengenai yang akan saya sampaikan setelah contoh ini.

Si X yang suka dengan si B namun si Z juga suka dengan si B. Atas nama cinta mereka berdua rela berkelahi untuk memperebutkan si B. Si X kalah, tentunya hal ini tidak bisa diterimanya dengan mudah. Di lain kesempatan Si X membalaskan dendam dengan mengeroyok si Z bersama temen dekat X. Tentu saja si Z juga tidak terima, maka si Z juga membawa temannya untuk membalas si X. Tentulah jika diteruskan maka bisa-bisa melibatkan satu kampung yang padahal hanya masalah sepele.

Dari cuplikan contoh yang saya sajikan anda semua pasti sudah memiliki bayangan kan?!. Pada tahap awal dari konflik hanya berupa konflik sesama individu yang bedasarkan kepentingannya serta keinginannya. Kemudian bertahap menjadi tingkat kelompok dan bertahap kepada tingkat masyarakat. Menurut Bernstein (1965) konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dicegah timbulnya, yang secara potensial dapat mempunyai kegunaan yang fungsional dan konstruktif, namun sebaliknya dapat pula tidak bersifat fungsional dan destruktif.

Sebenarnya setiap ada masalah pasti ada jalan keluarnya. Hal inilah yang sering diucapkan oleh manusia pada umumnya namun permasalahannya disini bukan jalan keluarnya melainkan cara yang kita tempuh untuk mencapai jalan keluar tersebut. Adapun cara pemecahan konflik adalah seperti berikut :

  1. Elimination, yaitu pengunduran diri  salah satu pihak yang terlibat dalam konflik yang diungkapkan dengan : "kami mengalah..." dan sebagainya.
  2. Subjugation atau Domination, artinya pihak yang mempunyai kekutan terbesar dapat memaksa pihak lain untuk mengalah dan menaatinya.
  3. Majority rule, artinya suara terbanyak yang ditentukan dengan voting.
  4. Minority consent, artinya kelompok mayoritas yang menang, namun kelompok minoritas tidak merasa dikalahkan dan menerima keputusan serta sepakat untuk melakukan kegiatan bersama.
  5. Comprosmise, artinya semua sub kelompok yang terlibat dalam konflik berusaha mencari dan mendapatkan jalan tengah (halfway).
  6. Integration (integrasi) artinya pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan dan ditelaah kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi semua pihak.
Dari keseluruhan solusi yang telah disampaikan, kalau menurut saya solusi yang tepat untuk masyarakat kita ini adalah integrasi. Mengapa integrasi...??? karena seperti yang kita ketahui kalau masyarakat kita ini terdiri dari berbagai entis, ras, dan agama. Jika kita memaksakan kehendak bukannya selesai konflik malah yang ada tambah runyam, selain itu juga mana ada yang mau mengalah dalam setiap konflik karena ego yang dimilikinya. Oleh karena itu lah alasan  saya mengapa cenderung memilih integrasi.

Demikianlah penjelasan dari artikel yang singkat ini mudah-mudahan ini semua bermanfaat bagi semuanya. Akhir kata saya mau monta maaf atas kesalahan ketik atau penempatan kata yang kurang tepat.
Wassalamualaikum.Wr.Wb.

Sumber : Berbagai sumber

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
copyright 2020 by Ryshand.blogspot.com. Diberdayakan oleh Blogger.